Disaat
sang fajar akan menampakan sinarnya aku berangkat ke sekolah dengan penuh
semangat. Aku menuntut ilmu di SMA Brawijaya, itu merupakan sekolah yang sangat
terkenal. Entah mengapa hari itu aku begitu rajin? apa mungkin hari itu ada
pelajaran yang aku sukai. Seperti biasanya aku berangkat ke sekolah diantar Deddyku menggunakan baja besi berajalan.
Setibanya di kelas hanya ada beberapa penuntut ilmu yang sudah datang.
Sahabatku Devian dan Arsen belum datang, oh iya aku mempunya dua sahabat baik
dari SD hingga sekarang.
Alavaro Adiana
Putra itu adalah namaku. Aku hidup di keluarga yang cukup mampu. Tubuhku cukup
tinggi, kulitku berwarna putih dan hidung mancung. Aku anak kedua dari tiga
bersaudara. Aku berusia 16 tahun, aku yang paling mudah diantara kedua
sahabatku. Aku siswa kelas 11 IPS 3.
Devian
Dilan Ditriawan namanya memang membingungkan sama seperti sifat orangnya. Dia
adalah sahabatku yang pertama. Devian adalah anak kedua dari dua bersaudara.
Orang tua Devian bisa dikatakan mampu. Selain itu dia mempuyai wajah yang
tampan dan tubuh yang tinggi dan kurus. Dengan hidup mancung dan kulit putih
membuat banyak orang suka Devian. Devian
selalu berbau wangi, wajar saja karena kemana mana dia selalu membawa parfum.
Arsen
Waffi Halim dia adalah sahabatku mulai kelas 3 SD. Arsen merupakan salah satu
cowok yang terkenal di sekolahku. Tubuhnya tinggi, wajar saja kerena dia adalah
pemain basket. Kulitnya berwarna coklat, dengan gigi gingsul, hidung mancung,
dekik di sebelah kanan dan kiri sehingga Arsen dijuluki sebagai raja manis. Arsen
sangat pintar dalam pelajaran Bahasa Inggris. Arsen mempunyai suara yang khas
sehingga mudah dikenali orang. Arsen merupakan siswa yang aktif bertanya pada
setiap presentasi. Tak jarang banyak yeng kebingunagan menjawab pertanyaan Arsen.
“Kring...Kring...Kring...”
suara bel tanda masuk berbunyi seluruh siswa langsung duduk di bangkunya
masing-masing sembari menunggu guru datang. Jam satu dua tiga terasa sanggat
membosankan, sehingga terasa begitu lama. Hampir semua bilang seperti itu. “Pagi-pagi
sudah mengantuk ngapain aja semalem?” ujar guru menanyai Jefrey yang tidur.
Jerfrey merupakan teman sekelasku yang mudah tidur.
“Kring...Kring...Kring...”
suara bel istirahat berbunyi serentak suara laungan ketua kelas berbunyi untuk
mengucapkan salam, setelah itu seluruh siswa langsung meninggalkan kelas,
karena tidak betah dengan suasana kelas yang membosankan. Devian, Arsen, dan aku
berjalan bertiga menuju kantin sambil membicarakan bom nuklir yang akan
diluncurkan Kim Jong Un. Kelas kami dari kantin begitu jauh, kami berbicara
begitu asik, hingga tidak terlalu memperhatikan jalan. Tiba-tiba dari depan
terdapat gadis cantik yang tidak kami kenal membawa banyak buku, karena tidak
memperhatikan Devian menabraknya. Semua buku yang ia bawa jatuh di tanah.
Serentak Devian langsung minta maaf, kami bertiga pun membantu merapikan buku
dan bingung siapa wanita ini.
“Kamu
siswa baru ya?” ucapku
“Iya aku
baru pindah dari jakarta” kata wanita cantik itu
“Ohh pantes
kok nggak pernah ketemu” ujar Devian
“Kenalin aku Arsen, yang ini Alvaro dan yang ini Devian”
ucap Arsen sambil menunjuk kami
“Aku Adriana.
Di mana ya, kelas 11 IPS 2?”
“Ayo kita
antar” ucap Devian
Kami
bertiga mengantar Adriana ke kelasnya. Dan tak lupa Arsen meminta nomer WhatsApp Adriana. Adriana memberikan
nomer WhatsAppnya. Kami bertiga
sangat senang karena diberikan nomer cewek cantik. Aku langsung mencatat nomer
Adriana di tanganku begitu pula dengan Devian. Setelah mencatat nomer Adriana
kami bertiga melanjutkan ke kantin sambil membicarakan Adriana. Begitu di
kantin kami membeli kue dan makanan, kami makan dan terus membicarakan Adriana.
Tampa sadar bel berbunyi untuk kembali pelajaran. Kami langsung berlari ke
kelas bak atlit profesional karena takut tidak boleh masuk kelas. Untung saja
gurunya belum datang, kami langsung duduk di bangku masing-masing.
Sesampainya
di rumah aku langsung mengirim pesan ke Adriana. Aku mulai mengenalkan diriku
ke Adriana. Aku sengaja mencari topik-topik pembicaraan, agar dapat berbalas
pesan dengan Adriana. Aku mulai jatuh cinta kepada Adriana. Kutunggu balasan peesan
dari Adriana walaupun agak lama.
“Kenapa balasnya
lama?” pesanku
“Iya
balesin dari Arsen dan Devian juga” balas Adriana
“Arsen dan
Devian ngapain mereka?” balasku
“Ya nggak
ngapain ngapain” balas Adriana
Aku mulai
cemburu dengan Adriana, saat ia bilang seperti itu, kemudian aku mengakhiri pesan
dengan Adriana. Aku tidak bisa tidur memikirkan Adriana. Hingga tengah malam
aku tetap tidak bisa tidur. Aku terus memandangi foto profil Adriana hingga aku
tetidur. Suara alarm yang sengaja aku pasang membangunkanku saat azan Shubuh.
Bergegas aku mengambil air wudhu, dengan sangat dingin langsung aku cuci muka
untuk menghilangkan rasa mengantuk. Aku segera menuju masjid karena memang
sangat dekat dengan rumahku. Deddy dan
Mamy sudah berangkat ke masjid. Aku
sholat berjamaah dan berdoa kepada Allah SWT, tiba-tiba terlintas dibenakku
Adriana, apa mungkin dia memang jodohku ya Allah?
Aku sangat
bersemangat untuk datang kesekolah dan tidak sabar untuk bertemu dengan Adriana.
Aku diantar Deddyku menggunakan baja
berjalan. Di sekolah aku memulai pelajaran dengan hati begitu gembira. Aku
terus melamunkan Adriana begitu pula dengan kedua sahabatku. Bel istirahat
berbunyi kami bertiga langsung berjalan dan membicarakan Adriana. Awalnya baik-baik
saja, lama-kelamaan terjadi perdebatan yang sengit diantara kita bertiga.
“Bro kira-kira Adriana cocok sama gua nggak?” ucap Devian
dengan nada sedikit sombong
“Apa
maksud lo nggomong gitu” ucap Arsen dengan nada yang cukup tinggi
“Ya gua suka sama Adriana” ucap Devian dengan nada
sombong
“Apa lo
suka sama Adriana” ucapku
“Adriana itu cuma pantes sama gue, nggak pantes sama
kalian” ucap Arsen dengan nada tinggi
“Eh elu
jangan nyolot gitu dong” ucap Devian sambil menunjuk Arsen
Kami
bertiga mengalami perdebatan untuk merebutkan Adriana, perdebatan tersebut
lebih panas daripada perdebatan calon presiden. Ditengah tengah perdebatan
Arsen langsung meninggalkan kami bertiga dan disusul Devian tanpa sepatah
katapun terucap dari mulut kita bertiga. Aku ditinggal sendiri, aku merasa
sangat kesal dengan ketiga sahabatku ini. Bel tanda masuk terbunyi, aku langsung
menuju kelas, ku lihat Devian pindah tempat duduk. Aku duduk dengan Jefrey yang
suka tidur. Hubungan kami bertiga lebih dingin dari pada Antartika. Kami tidak
menyapa satu sama lain. Saat di rumah aku sangat menyesal, akankah mengorbankan
cinta atau persahabatan yang kami jalin sejak SD.
Aku
berbalas pesan dengan Adriana dan menanyakan bagaimana Arsen dan Devian. Apa
mereka juga mengirim pesan kepada Adriana? kemudian Adriana menjawab iya. Arsen
tadi menelfon Adriana dan berbalas pesan dan tak lupa Arsen menggombali Adriana dengan
kata kata recehnya, kata Adriana. Rupanya Arsen mulai merayu Adriana agar mau
jadi pacarnya. Kemudian aku bertanya bagaimana dengan Devian. Dia juga menelpon
dan berbalas pesan dengan Adriana, dan tak lupa pula menggombali Adriana. Mereka
mengirim banyak sekali pesan hingga Adriana bingung akan membaca yang mana.
Kemudian aku mengajak nonton bioskop. Berhubung besok libur, kata dia nggak
bisa karena sudah ada janji dengan Arsen di pagi hari, dengan Devian di siang
hari. Aku sangat cemburu kepada ketiga sahabatku. “Ya sudahlah lain kali saja
ya” balasku
Saat sang
surya akan menampakkan sinarnya Arsen dan Adriana pergi ke CFD. Adriana pergi
menggunakan pakaian olahraga begitu pula dengan Arsen. Awalnya mereka berolahraga
biasa saja hingga jam sepuluh pagi Arsen mengajak makan bakso di dekat lokasi CFD
dan menanyaka kenapa Adriana pindah sekolah. Hingga lama- lama Arsen menyatakan
cintanya kepada Adriana.
“Sebenarnya
aku suka sama kamu, apa kamu mau jadi pacarku?” ucap Arsen
“Maaf sebelumnya, aku bukan bermaksut untuk menyakiti hatimu,
tapi aku ingin kita cukup berteman saja karena aku nggak ingin kita pisah” kata
Adriana untuk menolak Arsen dengan halus.
Saat surya
tepat berada di atas kepala, Devian mengajak Adriana untuk menontoh bioskop.
Adriana memilih film horor. Mereka memilih tempat duduk di tengan sebelum masuk
teater mereka membeli popcron agar tidak bosan. Mereka berdua menikmati film
dari awal hingga akhir. Setelah menonton mereka berdua pergi untuk makan di
KFC. Mereka makan ayam, sambil menggobrol untuk mencairkan suasana. Hingga lama
kelamaan Devian menyatakan cintanya kepada Adriana.
“Adriana jadi selama ini aku suka kamu, apa kamu mau jadi
pacarku?” ucap Devian
“Maaf sebelumnya, aku bukan bermaksut untuk menyakiti
hatimu, tapi aku mau fokus belajar dulu” kata Adriana untuk menolak Devian dengan halus.
Saat di
sekolah semua siswa membicarakan bahwa cowok yang terkenal ditolak oleh satu
cewek. Aku sangat bingung antara ingin menyatakan cinta atau mengembalikan
persahabatan yang sudah hancur karena satu wanita. Tetapi, kenapa Adriana
menolak dua cowok tampan apa dia suka aku atau dia sudah punya pacar, hal itu
yang ada dalam benakku. Apa aku harus mengorbankan cinta atau persahabatan. Aku
mempertimbangkan semua hal, akhirnya aku memilih untuk menyatukan tiga sahabatku
ini. Aku mengirim pesan di grup untuk meminta berkumpul di depan lab komputer
satu saat istirahat pertama. Saat istirahat pertama aku menunggu tiga sahabatku
ini namun tidak ada satu orang pun yang datang hingga istirahat pertama usai.
Namun aku tidak menyerah begitu saja. Langsung mengumpulkan mereka saat
istirahat dengan cara menemui mereka secara langsung. Aku langsung berbicara
intinya, tanpa basa-basi aku meminta maaf kepada mereka atas keegoisanku.
Awalnya mereka tidak menggubris ucapanku ini, sikap mereka sangat dingin lebih
dingin dari pada Antartika. Kemudian aku berbicara tentang masa yang telah kami
lewati bersama. Akhirnya Arsen dan Devian meminta maaf juga. Kami berbaikan
satu sama lain persahabatan kami pun kembali seperti sedia kala.
Malam itu
sedikit berbeda dari malam yang lain udara terasa begitu dingin mencekam. Aku
mengirim pesan kepada Adriana kata dia, ia berada di luar rumah sehingga pesanku
dibalas sedikit lama. Aku tidur dengan perasaan sangat bahagia karena semua
masalahku dapat terselesaikan dengan baik. Tidur seperti biasanya tiba-tiba
handphonku berbunyi, siapa yang telepon malam malam begini dalam benakku. Arsen
ternyata yang menelpon, Adriana kecelakaan hingga tewas ucap Arsen dalam
telepon. Aku sangat terkejut mendengar hal tersebut. Tanpa terasa air mataku
membasahi pipiku. Perasaan sedih dengan tidak percaya apa aku ini mimpi?, hal
tersebut yang terus terlintas dalam benakku. Aku segera mengambil air wudhu dan
sholat malam untuk mendoakan Adriana. Malam itu menjadi malam yang sangat panjang
aku tidak tidur hingga sang surya menampakkan cahayanya.
Aku pergi
ke sekolah namun memutuskan untuk melayat ke rumah Adriana. Di sana begitu
ramai tangis keluarganya tak terbendung lagi. Kronologi kecelakaan Adriana
berawal saat ia akan pulang bersama kakaknya naik mobil. Kemudian ditabrak oleh
pengemudi mobil yang sedang mabuk berat. Kakak Adriana hanya luka namun nyawa
Adriana dan supir tewas di tempat. Saat Adriana di kuburkan aku merasa sangat
sedih hingga air mataku tidak terbendung lagi. Tanah mulai menutupi tubuh
Adriana hingga tidak nampak lagi. Kami melangkah meninggalkan tempat
peristirahatan Adriana. Mencintaimu bagaikan terbang mengendarai pesawat.
Memiliki tanggung jawab yang besar dan
resiko yang sangat tinggi.
Hari itu
aku jalani dengan penuh kesedihan, aku sangat sedih dari pagi hingga malam.
Keesokan harinya aku pergi ke sekolah dengan perasaan yang tidak terlalu baik.
Pelajaran jam satu dua tiga kujalani dengan kesedihan bel istirahat ketiga
berbunyi. Tiba-tiba datanglah teman sekelas Adriana, dia memberikan surat
kepadaku dia meminta maaf seharusnya dia disuruh untuk memberikan surat ini
kemarin.
Kepada : Alvaro Adiana Putra
Hallo Alvaro kutulis surat ini untuk menjelaskan hal-hal
yang tidak kamu mengerti sebelumnya.
Jadi selama ini aku suka dengan kamu daripada dua
sahabatmu. Sebelumnya aku minta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah merusak
persahabatan kalian bertiga. Aku mencintaimu saat kamu membantuku merapikan
buku yang terjatuh. Sungguh kutulis surat ini dengan hatiku yang paling dalam,
aku begitu mencintaimu. Aku sadar betapa pentingnya setiap detik yang aku lalui
bersamamu
Aku harap kamu mau memaafkan aku,
Adriana Miranda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar