Sabtu, 09 Maret 2019

Atas Nama Cinta



          Disaat sang fajar akan menampakan sinarnya aku berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Aku menuntut ilmu di SMA Brawijaya, itu merupakan sekolah yang sangat terkenal. Entah mengapa hari itu aku begitu rajin? apa mungkin hari itu ada pelajaran yang aku sukai. Seperti biasanya aku berangkat ke sekolah diantar Deddyku menggunakan baja besi berajalan. Setibanya di kelas hanya ada beberapa penuntut ilmu yang sudah datang. Sahabatku Devian dan Arsen belum datang, oh iya aku mempunya dua sahabat baik dari SD hingga sekarang.
          Alavaro Adiana Putra itu adalah namaku. Aku hidup di keluarga yang cukup mampu. Tubuhku cukup tinggi, kulitku berwarna putih dan hidung mancung. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku berusia 16 tahun, aku yang paling mudah diantara kedua sahabatku. Aku siswa kelas 11 IPS 3.
          Devian Dilan Ditriawan namanya memang membingungkan sama seperti sifat orangnya. Dia adalah sahabatku yang pertama. Devian adalah anak kedua dari dua bersaudara. Orang tua Devian bisa dikatakan mampu. Selain itu dia mempuyai wajah yang tampan dan tubuh yang tinggi dan kurus. Dengan hidup mancung dan kulit putih membuat banyak orang  suka Devian. Devian selalu berbau wangi, wajar saja karena kemana mana dia selalu membawa parfum.
          Arsen Waffi Halim dia adalah sahabatku mulai kelas 3 SD. Arsen merupakan salah satu cowok yang terkenal di sekolahku. Tubuhnya tinggi, wajar saja kerena dia adalah pemain basket. Kulitnya berwarna coklat, dengan gigi gingsul, hidung mancung, dekik di sebelah kanan dan kiri sehingga Arsen dijuluki sebagai raja manis. Arsen sangat pintar dalam pelajaran Bahasa Inggris. Arsen mempunyai suara yang khas sehingga mudah dikenali orang. Arsen merupakan siswa yang aktif bertanya pada setiap presentasi. Tak jarang banyak yeng kebingunagan menjawab pertanyaan Arsen.
          “Kring...Kring...Kring...” suara bel tanda masuk berbunyi seluruh siswa langsung duduk di bangkunya masing-masing sembari menunggu guru datang. Jam satu dua tiga terasa sanggat membosankan, sehingga terasa begitu lama. Hampir semua bilang seperti itu. “Pagi-pagi sudah mengantuk ngapain aja semalem?” ujar guru menanyai Jefrey yang tidur. Jerfrey merupakan teman sekelasku yang mudah tidur.
          “Kring...Kring...Kring...” suara bel istirahat berbunyi serentak suara laungan ketua kelas berbunyi untuk mengucapkan salam, setelah itu seluruh siswa langsung meninggalkan kelas, karena tidak betah dengan suasana kelas yang membosankan. Devian, Arsen, dan aku berjalan bertiga menuju kantin sambil membicarakan bom nuklir yang akan diluncurkan Kim Jong Un. Kelas kami dari kantin begitu jauh, kami berbicara begitu asik, hingga tidak terlalu memperhatikan jalan. Tiba-tiba dari depan terdapat gadis cantik yang tidak kami kenal membawa banyak buku, karena tidak memperhatikan Devian menabraknya. Semua buku yang ia bawa jatuh di tanah. Serentak Devian langsung minta maaf, kami bertiga pun membantu merapikan buku dan bingung siapa wanita ini.
          “Kamu siswa baru ya?” ucapku
          “Iya aku baru pindah dari jakarta” kata wanita cantik itu
          “Ohh pantes kok nggak pernah ketemu” ujar Devian
“Kenalin aku Arsen, yang ini Alvaro dan yang ini Devian” ucap Arsen sambil menunjuk kami
          “Aku Adriana. Di mana ya, kelas 11 IPS 2?”
          “Ayo kita antar”  ucap Devian
          Kami bertiga mengantar Adriana ke kelasnya. Dan tak lupa Arsen meminta nomer WhatsApp Adriana. Adriana memberikan nomer WhatsAppnya. Kami bertiga sangat senang karena diberikan nomer cewek cantik. Aku langsung mencatat nomer Adriana di tanganku begitu pula dengan Devian. Setelah mencatat nomer Adriana kami bertiga melanjutkan ke kantin sambil membicarakan Adriana. Begitu di kantin kami membeli kue dan makanan, kami makan dan terus membicarakan Adriana. Tampa sadar bel berbunyi untuk kembali pelajaran. Kami langsung berlari ke kelas bak atlit profesional karena takut tidak boleh masuk kelas. Untung saja gurunya belum datang, kami langsung duduk di bangku masing-masing. 
          Sesampainya di rumah aku langsung mengirim pesan ke Adriana. Aku mulai mengenalkan diriku ke Adriana. Aku sengaja mencari topik-topik pembicaraan, agar dapat berbalas pesan dengan Adriana. Aku mulai jatuh cinta kepada Adriana. Kutunggu balasan peesan dari Adriana walaupun agak lama.
          “Kenapa balasnya lama?” pesanku
          “Iya balesin dari Arsen dan Devian juga” balas Adriana
          “Arsen dan Devian ngapain mereka?” balasku
          “Ya nggak ngapain ngapain” balas Adriana
          Aku mulai cemburu dengan Adriana, saat ia bilang seperti itu, kemudian aku mengakhiri pesan dengan Adriana. Aku tidak bisa tidur memikirkan Adriana. Hingga tengah malam aku tetap tidak bisa tidur. Aku terus memandangi foto profil Adriana hingga aku tetidur. Suara alarm yang sengaja aku pasang membangunkanku saat azan Shubuh. Bergegas aku mengambil air wudhu, dengan sangat dingin langsung aku cuci muka untuk menghilangkan rasa mengantuk. Aku segera menuju masjid karena memang sangat dekat dengan rumahku. Deddy dan Mamy sudah berangkat ke masjid. Aku sholat berjamaah dan berdoa kepada Allah SWT, tiba-tiba terlintas dibenakku Adriana, apa mungkin dia memang jodohku ya Allah?
          Aku sangat bersemangat untuk datang kesekolah dan tidak sabar untuk bertemu dengan Adriana. Aku diantar Deddyku menggunakan baja berjalan. Di sekolah aku memulai pelajaran dengan hati begitu gembira. Aku terus melamunkan Adriana begitu pula dengan kedua sahabatku. Bel istirahat berbunyi kami bertiga langsung berjalan dan membicarakan Adriana. Awalnya baik-baik saja, lama-kelamaan terjadi perdebatan yang sengit diantara kita bertiga.
“Bro kira-kira Adriana cocok sama gua nggak?” ucap Devian dengan nada sedikit sombong
          “Apa maksud lo nggomong gitu” ucap Arsen dengan nada yang cukup tinggi
“Ya gua suka sama Adriana” ucap Devian dengan nada sombong
          “Apa lo suka sama Adriana” ucapku
“Adriana itu cuma pantes sama gue, nggak pantes sama kalian” ucap Arsen dengan nada tinggi
          “Eh elu jangan nyolot gitu dong” ucap Devian sambil menunjuk Arsen
          Kami bertiga mengalami perdebatan untuk merebutkan Adriana, perdebatan tersebut lebih panas daripada perdebatan calon presiden. Ditengah tengah perdebatan Arsen langsung meninggalkan kami bertiga dan disusul Devian tanpa sepatah katapun terucap dari mulut kita bertiga. Aku ditinggal sendiri, aku merasa sangat kesal dengan ketiga sahabatku ini. Bel tanda masuk terbunyi, aku langsung menuju kelas, ku lihat Devian pindah tempat duduk. Aku duduk dengan Jefrey yang suka tidur. Hubungan kami bertiga lebih dingin dari pada Antartika. Kami tidak menyapa satu sama lain. Saat di rumah aku sangat menyesal, akankah mengorbankan cinta atau persahabatan yang kami jalin sejak SD.
          Aku berbalas pesan dengan Adriana dan menanyakan bagaimana Arsen dan Devian. Apa mereka juga mengirim pesan kepada Adriana? kemudian Adriana menjawab iya. Arsen tadi menelfon Adriana dan berbalas pesan  dan tak lupa Arsen menggombali Adriana dengan kata kata recehnya, kata Adriana. Rupanya Arsen mulai merayu Adriana agar mau jadi pacarnya. Kemudian aku bertanya bagaimana dengan Devian. Dia juga menelpon dan berbalas pesan dengan Adriana, dan tak lupa pula menggombali Adriana. Mereka mengirim banyak sekali pesan hingga Adriana bingung akan membaca yang mana. Kemudian aku mengajak nonton bioskop. Berhubung besok libur, kata dia nggak bisa karena sudah ada janji dengan Arsen di pagi hari, dengan Devian di siang hari. Aku sangat cemburu kepada ketiga sahabatku. “Ya sudahlah lain kali saja ya” balasku
          Saat sang surya akan menampakkan sinarnya Arsen dan Adriana pergi ke CFD. Adriana pergi menggunakan pakaian olahraga begitu pula dengan Arsen. Awalnya mereka berolahraga biasa saja hingga jam sepuluh pagi Arsen mengajak makan bakso di dekat lokasi CFD dan menanyaka kenapa Adriana pindah sekolah. Hingga lama- lama Arsen menyatakan cintanya kepada Adriana.
          “Sebenarnya aku suka sama kamu, apa kamu mau jadi pacarku?” ucap Arsen
“Maaf sebelumnya, aku bukan bermaksut untuk menyakiti hatimu, tapi aku ingin kita cukup berteman saja karena aku nggak ingin kita pisah” kata Adriana untuk menolak Arsen dengan halus.
          Saat surya tepat berada di atas kepala, Devian mengajak Adriana untuk menontoh bioskop. Adriana memilih film horor. Mereka memilih tempat duduk di tengan sebelum masuk teater mereka membeli popcron agar tidak bosan. Mereka berdua menikmati film dari awal hingga akhir. Setelah menonton mereka berdua pergi untuk makan di KFC. Mereka makan ayam, sambil menggobrol untuk mencairkan suasana. Hingga lama kelamaan Devian menyatakan cintanya kepada Adriana.
“Adriana jadi selama ini aku suka kamu, apa kamu mau jadi pacarku?” ucap Devian
“Maaf sebelumnya, aku bukan bermaksut untuk menyakiti hatimu, tapi aku mau fokus belajar dulu” kata Adriana untuk menolak Devian dengan halus.
          Saat di sekolah semua siswa membicarakan bahwa cowok yang terkenal ditolak oleh satu cewek. Aku sangat bingung antara ingin menyatakan cinta atau mengembalikan persahabatan yang sudah hancur karena satu wanita. Tetapi, kenapa Adriana menolak dua cowok tampan apa dia suka aku atau dia sudah punya pacar, hal itu yang ada dalam benakku. Apa aku harus mengorbankan cinta atau persahabatan. Aku mempertimbangkan semua hal, akhirnya aku memilih untuk menyatukan tiga sahabatku ini. Aku mengirim pesan di grup untuk meminta berkumpul di depan lab komputer satu saat istirahat pertama. Saat istirahat pertama aku menunggu tiga sahabatku ini namun tidak ada satu orang pun yang datang hingga istirahat pertama usai. Namun aku tidak menyerah begitu saja. Langsung mengumpulkan mereka saat istirahat dengan cara menemui mereka secara langsung. Aku langsung berbicara intinya, tanpa basa-basi aku meminta maaf kepada mereka atas keegoisanku. Awalnya mereka tidak menggubris ucapanku ini, sikap mereka sangat dingin lebih dingin dari pada Antartika. Kemudian aku berbicara tentang masa yang telah kami lewati bersama. Akhirnya Arsen dan Devian meminta maaf juga. Kami berbaikan satu sama lain persahabatan kami pun kembali seperti sedia kala.
          Malam itu sedikit berbeda dari malam yang lain udara terasa begitu dingin mencekam. Aku mengirim pesan kepada Adriana kata dia, ia berada di luar rumah sehingga pesanku dibalas sedikit lama. Aku tidur dengan perasaan sangat bahagia karena semua masalahku dapat terselesaikan dengan baik. Tidur seperti biasanya tiba-tiba handphonku berbunyi, siapa yang telepon malam malam begini dalam benakku. Arsen ternyata yang menelpon, Adriana kecelakaan hingga tewas ucap Arsen dalam telepon. Aku sangat terkejut mendengar hal tersebut. Tanpa terasa air mataku membasahi pipiku. Perasaan sedih dengan tidak percaya apa aku ini mimpi?, hal tersebut yang terus terlintas dalam benakku. Aku segera mengambil air wudhu dan sholat malam untuk mendoakan Adriana. Malam itu menjadi malam yang sangat panjang aku tidak tidur hingga sang surya menampakkan cahayanya.
          Aku pergi ke sekolah namun memutuskan untuk melayat ke rumah Adriana. Di sana begitu ramai tangis keluarganya tak terbendung lagi. Kronologi kecelakaan Adriana berawal saat ia akan pulang bersama kakaknya naik mobil. Kemudian ditabrak oleh pengemudi mobil yang sedang mabuk berat. Kakak Adriana hanya luka namun nyawa Adriana dan supir tewas di tempat. Saat Adriana di kuburkan aku merasa sangat sedih hingga air mataku tidak terbendung lagi. Tanah mulai menutupi tubuh Adriana hingga tidak nampak lagi. Kami melangkah meninggalkan tempat peristirahatan Adriana. Mencintaimu bagaikan terbang mengendarai pesawat. Memiliki tanggung jawab yang  besar dan resiko yang sangat tinggi.
          Hari itu aku jalani dengan penuh kesedihan, aku sangat sedih dari pagi hingga malam. Keesokan harinya aku pergi ke sekolah dengan perasaan yang tidak terlalu baik. Pelajaran jam satu dua tiga kujalani dengan kesedihan bel istirahat ketiga berbunyi. Tiba-tiba datanglah teman sekelas Adriana, dia memberikan surat kepadaku dia meminta maaf seharusnya dia disuruh untuk memberikan surat ini kemarin.

Kepada : Alvaro Adiana Putra
Hallo Alvaro kutulis surat ini untuk menjelaskan hal-hal yang tidak kamu mengerti sebelumnya.
Jadi selama ini aku suka dengan kamu daripada dua sahabatmu. Sebelumnya aku minta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah merusak persahabatan kalian bertiga. Aku mencintaimu saat kamu membantuku merapikan buku yang terjatuh. Sungguh kutulis surat ini dengan hatiku yang paling dalam, aku begitu mencintaimu. Aku sadar betapa pentingnya setiap detik yang aku lalui bersamamu
Aku harap kamu mau memaafkan aku,
Adriana Miranda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar